BlogTokGuru Dot Com



Wowww..hebat betul tok guru ambo nih.tiba2 jer dh lancarkan blog peribadi.satu tindakan yang bijak dan patut dipuji ambo rasa.dalam keadaan politik yang x menentu kat masia sekrang.ambe rasa blog tok guru nih terlalu berguna.kadang2 byk kenyataan tok guru yang selalu diputar belitkan oleh ahkbar perdana..
jadi minta2 la dengan adanya blog tok guru nih.kita semua kan sentiasa mendapat berita yang betul3 keluar dari mulut tok guru sendiri..sama3 lah kita doakan moga2 tok guru dipanjangkan usia untuk terus menerajui kepimpinan PAS dikelantan..takbirrrr.

mukadimah diblog tok guru(
Selamat datang ke laman blog saya. Disini anda dapat membaca segala pendapat dan buah fikiran dari saya tentang isu-isu politik, semasa dan agama. Semoga dengan adanya blog ini, kita dapat sama-sama mendapat kebaikan darinya, InsyaAllah.) http://blogtokguru.com/ Teruskan Bacaan......

Kisah Sahabat Zubair Ibnul Awwam - Seorang Bernilai Seribu Orang


Antara Thalhah dan Azzubair adalah dua serangkai. Bila yang seorang disebut maka yang kedua pun disebut. Mereka sama-sama beriman pada tahun yang sama dan wafat dalam tahun yang sama pula. Kedua-duanya tergolong kesepuluh orang yang "mubasyarin bil jannah".

Awal Masuk Islam
Azzubair masuk Islam dalam usia lima belas tahun dan ia hijrah dalam usia delapan belas tahun sesudah menderita penganiayaan dan siksaan bertubi-tubi karena mempertahankan keimanannya. Pamannya sendirilah yang menyiksanya. Azzubair digulung ke dalam tikar, lalu kakinya digantung diatas dan dibawah kepalanya ditaruh api yang membara. Pamannya berkata, "Kembali kamu kepada penyembahan berhala !" Tapi Azzubair menjawab, "Saya tidak akan kembali kafir lagi sama sekali."

Keberanian Azzubair
Ibnu Asakir telah mengeluarkan dari Said bin Al-Musaiyib, dia berkata: Orang pertama yang menghunus pedangnya fi sabilillah ialah Azzubair bin Al-Awwam ra. Pada suatu hari, sedang dia sibuk dengan kerjanya, tiba-tiba terdengar olehnya desas-desus bahwa Rasulullah SAW telah dibunuh orang. Azzubair tidak membuang waktu lagi, lalu mengambil pedangnya keluar mencari-cari sumber berita itu. Di tengah jalan dia bertemu dengan Rasulullah SAW sedang berjalan, wajahnya tertegun. Rasulullah SAW lalu bertanya: Mengapa engkau wahai Zubair, terkejut? Jawabnya: Aku dengar berita, bahwa engkau telah dibunuh orang! Rasulullah SAW juga terkejut, lalu berkata: Kalau aku dibunuh orang, maka apa yang hendak engkau buat? Jawab Azzubair: Aku akan menantang semua orang Makkah, karena itu! Rasulullah SAW lalu mendoakan segala yang baik-baik baginya.

Ibnu Asakir dan Abu Nuaim memberitakan dari Urwah bahwa Azzubair bin Al-Awwam pernah mendengar bisikan syaitan yang mengatakan bahwa Muhammad SAW telah dibunuh dan ketika itu Azzubair baru saja berusia dua belas tahun. Azzubair lalu mengambil pedangnya, dan berkeliaran di lorong-lorong Makkah mencari Nabi SAW yang ketika itu berada di daerah tinggi Makkah, sedang di tangan Azzubair pedang yang terhunus. Apabila dia bertemu dengan Nabi SAW Beliau bertanya: Kenapa engkau dengan pedang yang terhunus itu hai Zubair? Dia menjawab: Aku dengar engkau dibunuh orang Makkah. Rasulullah SAW tersenyum, lalu bertanya lagi: Apa yang hendak engkau perbuat, jika aku terbunuh? jawab Azzubair: Aku akan menuntut balas akan darahmu kepada siapa yang membunuhmu! Rasulullah SAW lalu mendoakan bagi Azzubair dan bagi pedangnya, kemudian menyuruhnya kembali saja. Maka itu dianggap sebagai pedang pertama yang terhunus fii sabilillah. (Kanzul Ummal 5:69; Al-Ishabah 1:545)

Peperangan pertama antara Syirik dan Iman
Azzubair adalah prajurit dakwah yang menyandang senjata untuk melawan orang-orang yang menghendaki gugurnya dakwah Islamiah selagi dalam kandungan. Kepahlawanannya telah tampak pertama kali pada waktu perang Badar. Dalam peperangan itu, pasukan Quraisy menempatkan pendekarnya dibarisan terdepan yang dipimpin oleh Ubaidah bin Said Ibnul Aash. Dia dikenal sebagi seorang yang paling berani, paling pandai dalam menunggang kuda dan paling kejam terhadap lawan. Kaum Quraisy sengaja menempatkannya di barisan terdepan untuk menantang pahlawan-pahlawan berkuda kaum muslimin. Azzubair segera memandang kearah Ubaidah. Ternyata seluruh tubuhnya berbalut senjata (baju besi) sehingga sulit ditembus dengan senjata. Yang tampak dari Ubaidah hanya kedua matanya saja. Azzubair berpikir bagaimana caranya mengalahkan musuhnya yang berbaju besi itu dan ia menemukan cara yang jitu. Setelah siap, Azzubair terjun kemedan tempur dan terjadilah perang tanding yang seru sekali. Dalam dua kali putaran Azzubair mengarahkan lembingnya kemata Ubaidah dan berhasil menusuk kedua mata itu sampai kebelakang kepalanya. Ubaidah, pendekar Quraisy itu berteriak dan jatuh tersungkur tanpa gerak. Menyaksikan terbunuhnya Ubaidah yang tragis ini, barisan kaum musyrikin ketakutan. Lembing milik Azzubair kemudian diminta oleh Rasulullah SAW. Lembing itu kemudian berada ditangan Abubakar, Umar, Utsman, Ali dan Abdullah ibnu Azzubair meminta lembing itu untuk disimpannya. Terbunuhnya pendekar Quraisy Ubaidah menambah semangat juang Umat Islam dalam setiap peperangan dan mereka selalu dapat memenangkannya.

Azzubair Pada Masa Peperangan
Yunus menyebut dari Ibnu Ishak, bahwa Talhah bin Abu Talhah Al-Abdari, pembawa bendera kaum Musyrikin pada hari Uhud telah mengajak perang tanding, tetapi tiada seorang pun yang mau keluar menemuinya. Maka Azzubair bin Al-Awwam ra. keluar untuk menghadapinya. Mereka berdua bertarung sampai Azzubair melompat ke atas untanya, dan menariknya jatuh ke atas tanah, dan di situ dia bertarung dengan Talhah, sehingga akhirnya Azzubair dapat mengalahkan Talhah dan membunuhnya dengan pedangnya. Lantaran itu Rasulullah SAW telah berkata: Tiap-tiap Nabi ada pengiringnya, dan pengiringku ialah Azzubair. Kemudian Beliau berkata lagi: Kalau Azzubair tidak keluar melawannya, niscaya aku sendiri yang akan keluar dan melawannya, karena melihat banyak orang yang tidak sanggup melawannya. (Al-Bidayah Wan-Nihayah 4:20)

Yunus memberitakan lagi dari Ibnu Ishak yang berkata: Pada hari pertempuran Khandak, telah keluar Naufal bin Abdullah bin Al-Mughirah Al-Makhzumi seraya mengajak untuk lawan tanding. Maka segera keluar menghadapinya Azzubair bin Al-Awwam ra. dan melawannya sehingga dia dapat membelah tubuh musuhnya menjadi dua, sehingga pedangnya menjadi tumpul. (Al-Bidayah Wan-Nihayah 4:107)

Ibnu Jarir telah mengeluarkan dari Asma binti Abu Bakar ra. dia berkata: Telah datang seorang Musyrik yang lengkap dengan senjatanya, dia lalu mendaki di sebuah tempat yang tinggi, seraya berteriak: Siapa yang mau bertanding dengan aku! Rasulullah SAW berkata kepada seseorang di situ: Boleh engkau bertanding dengan dia? Jawab orang itu: Jika engkau suruh, hai Rasulullah! Maka tiba-tiba Azzubair menjengukkan dirinya, maka dia dilihat oleh Rasulullah SAW seraya berkata kepadanya: Hai putera Shafiyah! Bangun menghadapinya! Azzubair ra. segera mendatangi musuh itu dan mendaki bukit hingga tiba di puncaknya. Mereka lalu berduel, sehingga kedua-duanya berguling-guling dari atas bukit itu. Lalu Rasulullah SAW yang dari tadi melihat peristiwa itu, berkata: Siapa yang tersungkur ke bawah bukit itu, dialah yang akan mati. Maka masing-masing Nabi SAW dan kaum Muslimin mendoakan supaya yang jatuh dahulu itu si kafir. Maka benarlah si kafir itu yang jatuh dulu, manakala Azzubair jatuh ke atas dadanya, lalu si kafir itu mati. (Kanzul Ummal 5:69)

Baihaqi memberitakan dari Abdullah bin Azaubair ra. dia berkata: Pada hari pertempuran Khandak, aku masih kecil dan aku dikumpulkan dengan kaum wanita dan anak-anak kecil di tempat yang tinggi, dan bersama kami ialah Umar bin Abu Salamah. Kerap Umar membenarkan aku menaiki bahunya untuk melihat apa yang terjadi di bawah sana. Aku melihat ayahku mengayunkan pedangnya ke kanan dan ke kiri, pendek kata siapa saja yang coba mendekatinya, dihabisinya dengan pedangnya. Pada waktu petang, datang ayahku ke tempat kami untuk menjenguk, lalu aku berkata kepadanya: Ayah! Aku lihat engkau berperang pada hari ini, dan apa yang engkau lakukan tadi! Ayahku menjawab: Engkau lihat apa yang ayah buat, duhai anakku? Jawabku: Ya. Dia lalu berkata lagi: Aku lakukan untuk mempertahankanmu, demi ayah dan ibuku! (Al-Bidayah Wan-Nihayah 4:107)

Bukhari telah mengeluarkan dari Urwah ra. bahwa para sahabat Rasulullah SAW berkata kepada Azzubair ra. pada hari pertempuran di Yarmuk: pimpinlah kami untuk menerobos barisan musuh, kami akan ikut di belakangmu! Azzubair menjawab: Nanti kalau aku menggempur mereka, kamu akan duduk di belakang saja. Jawab mereka: Tidak, kami akan sama-sama menggempur! Maka Azzubair pun menerobosi barisan musuh serta menggempur mereka, dan tidak ada seorang pun bersamanya ketika itu, lalu dia kembali lagi ke barisannya, sedang lehernya penuh luka-luka oleh pukulan musuh. Ada dua bekas luka di situ, yang satu adalah dari bekas kena pukulan di hari Badar. Berkata Urwah r.a.: Aku pernah memainkan tempat bekas luka itu ketika aku kecil, dan ketika itu Abdullah juga masih kecil, umurnya sepuluh tahun, lalu ayah kami Azzubair mengajaknya naik di atas kuda, kemudian diserahkannya kepada orang lain. (Al-Bidayah Wan-Nihayah 7:11)

Rasulullah SAW sangat mencintai Azzubair
Rasulullah SAW merasa bangga terhadap Azzubair, dan ia bersabda : "Setiap nabi mempunyai pengikut pendamping yang setia(Hawari) dan hawariku adalah Azzubair ibnul Awwam." Kecintaan Rasulullah SAW kepada Azzubair bukan hanya disebabkan ia anak bibi Rasulullah SAW tetapi karena Azzubair memang seorang pemuda yang setia, ikhlas, jujur, kuat, berani,murah tangan dan telah menjual diri dan hartanya kepada ALLAH. Dia adalah seorang pengelola perdagangan yang berhasil dan hartawan, tapi hartanya selalu diinfakan untuk perjuangan Islam.

Yang pertama Menyambut Panggilan Jihad
Bila diserukan "Hayo berjihad fi Sabilillah", maka ia akan segera menjadi orang pertama yang datang menyambut seruan itu. Oleh karena itulah Azzubair selalu mengikuti seluruh peperangan bersama Rasulullah SAW. Selama hidupnya ia tidak pernah absen berjihad. Ketika kaum muslimin mengepung perbentengan bani Quraidah yang kokoh dan sulit dikuasai, Azzubair bersama Ali bin Abi Thalib menyerbu dengan memanjat benteng itu sehingga kaum muslimin dapat memasuki dan menguasai benteng tersebut. Begitu pula kesigapan Azzubair dalam menyambut seruan jihad pada perang Alahzaab dan peperangan lainnya sehingga bila Rasulullah SAW melihatnya, Beliau tersenyum ridho dan gembira, seraya bersabda : :Tiap nabi mempunyai kawan dan pembela setia(Hawari) dan di antara hawariku adalah Azzubair.". Azzubair tercatat dalam rombongan yang pernah hijrah ke negeri Habasyah sebelum hijrah ke Madinah.

Seorang Bernilai Seribu Orang
Ketika Amru Ibnul Aash meminta bala bantuan tentara kepada Amirul Mukminin, Umar Ibnul Khattab untuk memperkuat pasukan memasuki negeri Mesir dan mengalahkan tentara Romawi yang kala itu menduduki Mesir, Umar Ra mengirim empat ribu prajurit yang dipimpin oleh empat orang komandan dan ia juga menulis surat yang isinya : Aku mengirim empat ribu prajurit bala bantuan yang dipimpin empat orang sahabat yang terkemuka dan masing-masing bernilai seribu orang. Tahukah anda siapa empat orang komandan itu ?, mereka adalah Azzubair Ibnul Awwam, Ubadah Ibnu Assamit, Almiqdaad Ibnul Aswad dan Maslamah bin Mukhallid." Ketika menghadapi benteng Babilion, kaum muslimin sukar membuka dan menguasainya. Azzubair Ra memanjati dinding benteng dengan tangga. Lalu ia berseru " Allahu Akbar" dan disambut dengan kalimat tahuid oleh pasukan yang berada diluar benteng. hal ini membuat pasukan musuh gentar, panik dan meninggalkan pos-pos pertahanan mereka sehingga Azzubair dan kawan-kawannya bergegas membuka pintu gerbang maka tercapailah kemenangan yang gilang gemilang pada kaum muslimin.

Wafatnya Azzubair Ra
Ketika terjadi pertempuran hari "Aljamal" antara pasukan yand dipimpin Siti Aisyah Ra dengan pasukan Ali Ra, Azzubair bertemu dengan Ali dan menyatakan dirinya tidak lagi memihak dan akan berusaha mendamaikan kedua pasukan itu. Setelah itu maka diapun pergi. Tetapi dia dibuntuti oelh beberapa orang yang menginginkan berlanjutnya fitnah dan perang. Azzubair ditikam ketika sedang menghadap Allah (dalam keadaan menunaikan shalat). Teruskan Bacaan......

Katering Malam semarak kasih







kenangan denga member2 masa katering dua tiga ari lepas.semperna malam semarak kasih anjuran kedutaan malaysia.lame betul rasa x terlibat dgn ketering nih.almaklum dah baper bulan benti kerja.nih plak la masuk katering.memang suka giler la.coz boleh kumpul balik dgn geng3 lama.malaysia@indonesia..kalu dh nama ketering tuh biasa la.penat x leh lari.tmbah3 lak dah lama x buat kerja.aysik dok depan pc je(Tgk Movie) heh.tuhan la tahu.balik umh satu ari tido.ahahah..dh x tahu nk tulis apa.saja nk tunjuk gambar kat member2 yang x smpat tgk je.pakat2 tgk la.heh.k chow dulus.jmpa lagi lain kali lain masa..samekom Teruskan Bacaan......

Wasiat ke-10, uruskan masa dan ringkaskan tugas


"Kewajipan kita adalah lebih banyak daripada waktu yang kita ada, oleh itu bantulah saudaramu tentang cara-cara bagaimana hendak menggunakan masa dengan berfaedah dan jika saudara mempunyai tugas sendiri, maka ringkaskanlah pelaksanaannya," demikian wasiat Hasan al-Banna yang terakhir.

Kepada setiap pendakwah atau seorang Islam yang sejati, masanya sangat penting. Mereka harus waspada selalu dengan penggunaan masa. Masa yang tidak digunakan dengan teliti akan menyebabkan kita akan menyesal tanpa kesudahan.

Ini kerana, masa yang sudah terlepas itu tidak boleh diganti lagi. Pepatah Melayu ada menyatakan, patah tumbuh hilang berganti. Tetapi, bidalan itu merujuk kepada seseorang pemimpin yang telah mati atau barang hilang yang mungkin boleh ditemukan semula atau sesuatu yang hilang dan boleh digantikan semula.

Yang tak boleh digantikan semula ialah waktu, saat, detik, dan masa. Oleh kerana masa ini sangat penting, maka setiap bangsa punya peraturan, falsafah dan pepatah yang lengkap tentang kepenggunaan waktu. Antara bangsa Asia, kita selalu mendengar bahawa bangsa Jepun menghargai waktu.

Bagaimanapun mereka maju di dunia kerana falsafah penggunaan masa itu hanya sekadar untuk memenuhi keperluan di dunia. Sedangkan, Islam menyeru umatnya agar mengguna masanya guna memenuhi keperluan di dunia dan kebutuhan di akhirat.

Pepatah Melayu menyebutkan bahawa masa itu emas. Malah emas, perak dan intan berlian sekali pun belum dapat menandingi harga emas. Kalau emas itu hilang, maka emas itu boleh dicari semula atau pun diganti dengan wang, tanah atau apa-apa pun yang ada harganya. Itulah kayu ukur yang menandakan masa itu sangat berharga.

Iaitu, jika masa telah berlalu, maka tiada suatu kuasa apa pun yang dapat menggantikannya atau mengembalikannya. Tapi, jika emas hilang, nescaya ada seribu satu jalan, kuasa yang dapat berikhtiar menggantikannya.

Waktu tidak boleh dicipta, malah alam ini tercipta oleh peredaran waktu. Tuhan menyebut bahawa alam ini tercipta dalam enam masa. Masa cuma boleh dinamakan, dipenggal, dipecahkan, dipotong sebagai hari, minggu bulan serta dinamakan Ahad, Isnin dan sebagainya. Jika ada keperluan untuk amalan rohani gelap, maka ia dinamakan Keliwon mengikut lidah Jawa.

Masa itu tidak boleh direkabentuk seperti benda-benda yang boleh dipegang. Setiap yang boleh dipegang boleh dipatahkan dengan benda lain. Pokok yang dipatahkan rantingnya boleh tumbuh semula. Kerana itu, manusia boleh berkata, yang patah itu boleh tumbuh dan yang hilang boleh berganti. Ini kerana, patah dan tumbuh itu sifat benda dan bukan sifat masa.

Malah, masa itu boleh mengancam manusia. Saidina Ali berkata, "Masa itu umpama pedang. jika kamu tidak 'memenggalnya', nescaya ia akan 'memenggal' lehermu."

Sebenarnya yang menyebabkan masa itu berharga ialah disebabkan adanya kerja, tugas, amanah yang perlu disiapkan semasa waktu itu sedang berjalan.

Jika bukan kerana itu, maka masa itu tidak berharga. Misalnya, dengan peredaran masa, pokok perlu membesar dan ia dijual dengan masa tertentu. Sebab itulah masa untuk menunggu pokok itu membesar amat berharga.

Dalam hal ini masa disalahgunakan dalam perniagaan yang melibatkan riba. Sekiranya kita tidak dapat melunaskan hutang dalam tempoh waktu tertentu, maka bunga (riba) akan naik. Demikianlah masa disalahgunakan dalam 'industri' riba.

Maka Hasan al-Banna telah memulakan wasiatnya dengan menggunakan ungkapan 'kewajipan kita' yang bermaksud usaha dakwah kepada umat ini. Kewajipan usaha dakwah ini ada pertalian yang amat erat dengan penggunaan waktu.

Masa makin singkat dan suntuk!
Tetapi jumlah usaha dakwah itu terlalu banyak jika dibandingkan dengan jumlah peruntukan waktu yang kita ada. Di dalam peruntukan 24 jam sehari semalam, kita mungkin memerlukan 48 bentuk dan 72 jenis dakwah. Dalam kata lain, kita mungkin perlukan 2 atau 3 kali ganda program dakwah atau lebih daripada itu dalam tempoh 24 jam.

Itu maksud Hasan al-Banna; jumlah usaha dakwah perlu digembeling dalam jumlah waktu yang sungguh singkat. Masa seperti semakin pendek apabila terlalu banyak urusan dakwah yang perlu dibereskan.

Daripada Anas bin Malik r.a. berkata: Rasulullah s.a.w bersabda, "Tidak akan terjadi kiamat sehingga masa menjadi singkat, maka setahun dirasakan seperti sebulan dan sebulan dirasakan seperti seminggu dan seminggu dirasakan seperti sehari dan sehari dirasakan seperti satu jam dan satu jam dirasakan seperti satu percikan api." (Hadis riwayat at-Tirmizi)

Hasan al-Banna, ketika menyusun wasiatnya, beliau mungkin terkesan dengan sabda Rasulullah s.a.w ini. Bilangan manusia yang ingin melakukan perubahan ke arah kebaikan dan islah sangat kurang berbanding manusia jahat yang memperuntuk masa dan hartanya ke arah kemusnahan dunia dan tamadun ini.

Oleh itu bayangkanlah bagaimana keadaannya ketika kerja dakwah makin banyak menimbun ini terpikul atas bahu segelintir pendakwah sahaja yang inginkan kedamaian, kesejahteraan, kebaikan dan ketenangan di dunia dan akhirat.

Bantu manusia menguruskan waktunya
Barangkali.. lantaran terkesan dengan semua inilah, maka Hassan al Banna memulakan usaha dakwah di kedai-kedai makanan dan kedai-kedai kopi dan bukannya di masjid. Beliau benar-benar mahukan insan berpeleseran tanpa tujuan ini akhirnya akan faham matlamat hidupnya.

Apabila manusia itu mula faham akan falsafah dan matlamat hidup, maka akan wujud manusia yang akan menggunakan masanya dengan betul, baik dan sempurna.

Manusia yang telah mula dibangunkan kesedarannya ini akan tertanya-tanya pula tentang bagaimana seharusnya mereka mahu memanfaatkan waktunya di dunia ini sementara menunggu waktu di akhirat kelak.

Maka.. di sini Al-Banna menyarankan pendakwah agar membantu mereka yang telah terbuka hatinya untuk memahami bagaimana mereka perlu memanfaatkan waktunya untuk beribadah sementara menunggu waktu dihisab di akhirat kelak.

"Oleh itu bantulah saudaramu tentang cara-cara bagaimana hendak menggunakan masa dengan berfaedah dan kalau saudara mempunyai tugas sendiri, maka ringkaskanlah pelaksanaannya," demikian pesan al-Banna lagi.

Orang yang telah dilembutkan hatinya dan dilunakkan jiwanya sentiasa tertanya-tanya mengenai apakah amalan yang harus dilakukan guna mencapai redha ilahi. Soalan semacam ini kerap hinggap di ranting pertanyaan sahabat dan baginda selalu hadir bagi menjawab setiap pertanyaan tersebut.

Ghairahnya para sahabat dalam beramal sehingga mereka kerap bertanya, apakah amalan yang paling baik dan bermacam pula jawapan baginda tergantung kepada keadaan rohani para sahabat itu.

Jika dilihatnya sahabat itu menderhakai ibu bapanya maka baginda bersabda, berbuat baiklah kepada ibu bapa. Jika dilihatnya penyoal itu seorang yang panas baran, maka dia menasihatkan orang itu supaya tidak marah-marah.

Mereka yang mula lunak kepada agama tidak tahu atau terlupa tentang cara-cara menggunakan masa sebagai yang disaran di dalam al-Quran. Mungkin kerana keterbatasan dalam bahasa Arab, mereka tidak faham mesej dalam surah Al-Muzzammil.

[1] Hai orang yang berselimut! [2] Bangunlah sembahyang Tahajjud pada waktu malam, kecuali dari sedikit masa (yang tak dapat tidak untuk berehat), [3] Iaitu separuh dari waktu malam, atau kurangkan sedikit dari separuh itu, [4] Atau pun lebihkan (sedikit) daripadanya; dan bacalah Al-Quran dengan "Tartil."

[5] (Sayugialah engkau dan pengikut-pengikutmu membiasakan diri masing-masing dengan ibadat yang berat kepada hawa nafsu, kerana) sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu wahyu (Al-Quran yang mengandungi perintah-perintah) yang berat (kepada orang-orang yang tidak bersedia menyempurnakannya).

[6] Sebenarnya sembahyang dan ibadat malam lebih kuat kesannya (kepada jiwa), dan lebih tetap betul bacaannya. [7] (Kami galakkan engkau dan umatmu beribadat pada waktu malam), kerana sesungguhnya engkau pada siang hari mempunyai urusan-urusan yang panjang kira bicaranya.

Orang yang didakwah atau mereka yang baru dinyalakan pencerahan rohani dalam dirinya, selalu hidup pelbagai ragam persoalan dalam hatinya dan menyalalah pula pelbagai rencam pertanyaan yang berwarna-warni dalam dirinya berhubung langkah-langkah awal menuju ke arah kesempurnaan hidupnya sebagai manusia terbaik.

Jadi, bagaimana mereka harus bermula? Jika ada amalan permulaan, maka apakah amalan permulaan itu?

"Dan bangunlah pada sebahagian dari waktu malam serta kerjakanlah "Sembahyang Tahajjud" padanya sebagai sembahyang tambahan bagimu, semoga Tuhanmu membangkitkan dan menempatkanmu pada akhirat di tempat terpuji." (Al-Isra': 79)

Adakah insan yang baru merangkak, baru melabuhkan pencarian untuk mendakap pencerahan jiwa serta akal fikirannya dapat menyelami hasrat Tuhan sebagai yang terkandung ayat-ayat al-Qur'an di atas? Mereka perlukan masa untuk dibimbing serta masa perlukan pembimbing yang sabar, teguh hati, kuat pendirian, bijaksana, berhemah tinggi yang kental spiritual.

Ringkaskan amalan untuk membantu saudara lain
Sebab itulah Al-Banna menyarankan anggota Ikhwan Muslimin atau para pendakwah meringkaskan sahaja urusan mereka untuk membantu saudara mereka yang mahu dibangkitkan kesedaran dalam jiwanya.

Bagi Al-Banna, amalan peribadi yang bertujuan menolong keperluan peribadi di akhirat, hanya bermanfaat untuk keperluan mereka sahaja. Sedangkan, usaha mengirim ilmu ke dalam dada manusia yang kosong tanpa dihuni hikmah pengetahuan sangat berguna kepada kedua-dua pihak, sama ada pihak pendakwah dan pihak yang didakwah.

Petunjuk agama menyatakan bahawa, jika ada seseorang beramal dengan sebab ajaran kita, maka pahala dengan sebab amalan itu turut mengalir ke dalam 'akaun pahala' kita kelak.

Sebab itu, pendakwah perlu meringkaskan dan menyedikitkan ruang untuk keperluan amalan peribadi supaya lebih banyak ruang dapat dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran ke atas manusia lain yang dahagakan pengetahuan daripada mereka.

Mereka yang berkhalwat, beruzlah, dan bersuluk tanpa berusaha keras menggerakkan nurani manusia untuk mendapat imbuhan pencerahan rohani daripada Tuhan, tidak termasuk dalam jenis manusia pencerahan.

Al-Banna, Badiuzzaman Said Nursi, dan lain-lainnya adalah ulamak sufi dan bersuluk di 'gua pertapaan' lalu keluar ke lapangan dalam usaha memerangi amalan khurafat dalam pemerintahan manusia mustakbirin sekali gus menyinari mendung awan hitam yang membalut kegelapan hati manusia mustadh'afin. Teruskan Bacaan......

Wasiat ke-9 Al-Banna, sebarkanlah salam!


Berkenalanlah dengan saudara yang baru dikenali walaupun tidak meminta untuk berkenalan. Ini kerana asas gerakan dakwah adalah perkenalan dan berkasih-sayang. - Hasan al-Banna.

Gerakan dakwah Ikhwan Muslimin ditandai dengan kekuatan hubungan erat dan rasa persaudaraan sesama mereka. Ikhwan Muslimin tidak berhasrat memanjangkan pertengkaran sesama muslimin. Malah, mereka mahu berusaha keras untuk membendung hal-hal yang boleh merebakkan pertikaian dalam umat Islam. Dan, kalimah salam adalah kunci kepada perpaduan itu.

Pendek kata, hadis Rasulullah s.a.w yang meminta agar ucapan salam itu disebarkan memang dimanfaatkan oleh ahli-ahli ikhwan itu sendiri. Semangat asal dan ruh perpaduan itulah yang sentiasa menjadi ingatan kepada anggota ikhwan.

Pada akhir zaman ini, kita lihat bahawa ada kecenderungan untuk memberikan salam cuma kepada orang yang dikenali saja. Kepada mereka yang tidak dikenali, maka kita abaikan sahaja. Dan, hal inilah yang cuba disampaikan oleh Hasan al-Banna kepada pendokong gerakan Ikhwan Muslimin.

"Rasulullah s.a.w perintahkan kami 7 perkara: "Mengunjungi pesakit, menghantarkan jenazah, menjawab tahmid ke atas orang yang bersin, membantu orang lemah, membantu orang teraniaya, menyebarluaskan salam dan menepati sumpah." - (Hadis riwayat al-Bukhari)

Lihat anjuran agama yang mahukan umatnya menyebarluaskan salam itu. Semua ini tidak lari dan tidak jauh daripada sikap Islam yang mahu menjadi juara kepada perpaduan sejagat dan Islam sebagai faham yang membawa rahmat ke serata alam.

Jika dunia hari ini tidak aman, bererti bukanlah silap Islam. Malah, kesilapan itu berpunca daripada orang Islam yang tidak menyebarluaskan salam dan tidak mengikuti anjuran baginda s.a.w itu dengan bersungguh-sungguh. Islam dan orang Islam itu dua perkara yang berbeza.

Sinar Islam malap oleh sikap Muslimin
Diakui bahawa kelakukan buruk umat Islam menyebabkan Islam itu menjadi buruk gambarannya. Kata Syeikh Muhammad Abduh, "Al-Islam mahjuubun bil Muslimin - (Keindahan) Islam itu terhijab oleh (kelakuan) umat Islam."

Wasiat ke-9 Al-Banna ini tidak lari daripada seruan baginda Rasulullah s.a.w sendiri. Dalam hadis lain disebutkan:

Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah s.a.w: "Apakah (amalan) Islam yang terbaik? Nabi berkata: "Engkau memberi makan dan memberi salam kepada orang yang engkau kenali dan kepada orang yang engkau tidak kenali." (Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Sebenarnya, hal memberikan salam itu bukanlah satu-satunya cara mengukuhkan perpaduan. Ia perlu disusuli dengan amalan memberikan makanan kepada orang-ramai, menghidupkan amalan baik pada waktu malam dan sebagainya.

Daripada Abdullah bin Salam r.a katanya, Nabi s.a.w. bersabda: "Hai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikan makanan, bersolatlah pada waktu malam sedang para manusia sedang tidur, maka engkau semua akan dapat memasuki syurga dengan selamat." - (lmam at-Tirmizi).

Maka, selain menyebarluaskan salam, Islam melihat hal menjawab salam itu juga termasuk dalam perkara yang mesti diberi perhatian yang bersungguh-sungguh oleh umat Islam.

"Dan apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu ucapan hormat (seperti memberi salam), maka balas penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya atau balaslah dia (dengan cara yang sama). Sesungguhnya Allah selalu menghitung tiap-tiap sesuatu." - (Surah an-Nisaa: 86)

'Budaya lepak' secara Islam
Budaya lepak bukan budaya baru. Rasulullah s.a.w tidak suka mereka yang berada di tepian jalanan. Maka, baginda tegah para sahabat membuat pekerjaan yang sia-sia di tepi jalan itu. Tapi jika kita mahu berlepak-lepak juga, hendaklah kita melaksanakan 'hak-hak jalan' itu. Maka, termasuk dalam hak jalan itu ialah menjawab salam!

Dari Abi Sa'id Al-Khudriy r.a Rasulullah s.a.w bersabda: "Jauhilah duduk-duduk di pinggir jalan!" Sahabat berkata, "Ya Rasulullah, kami tidak boleh meninggalkan majlis kami ini dan juga bercakap-cakap dalamnya."

Rasulullah berkata, "Kalau enggan meninggalkannya, maka beri hak jalan itu." Sahabat bertanya, "Apakah hak jalan itu ya Rasulullah?" kata Rasulullah, "Tundukkan pandangan, singkirkan gangguan di jalan, jawablah salam dan melakukan amar ma'ruf nahi mungkar." (Muttafaq 'alaih).

Maka, perbuatan duduk di tepi jalan atau minum-minum petang di kedai kopi dan berbual-bual itu tergolong dalam istilah budaya lepak dalam masyarakat kita. Maka, hendaklah kita menunaikan hak-hak jalan di tempat kita sedang bersantai itu. Rasulullah cuba mengelakkan kita, tapi jika hendak melakukannya, maka hendaklah menunaikan hak jalan.

Kita lihat, dakwah Hasan al-Banna pun bermula di tempat lepak juga. Seperti yang kita ketahui, Al-Banna pun memulakan dakwah di kedai-kedai makan, kedai kopi, tempat di mana berkembangnya budaya lepak dengan begitu berleluasa. Ceramah dan khutbah di masjid saja tidak cukup menyekat arus kemungkaran dalam masyarakat.

Lebih ramai orang-orang yang memerlukan seruan dakwah, tetapi mereka sukar menuju ke masjid dengan sebab perawakannya yang menyebabkan mereka sendiri sukar menuju ke masjid.

Negara Islam terbina oleh masyarakat Islam bawahan yang perlu diislamkan sepenuhnya. Cabaran hari ini ialah bagaimana mahu mengislamkan orang Islam daripada sudut jiwanya, pemikirannya. Ini kerana, masih ramai orang Islam, tetapi sikap mereka seperti Yahudi, pemikiran mereka bukanlah pemikiran Islam dan akhlak mereka tidak mengikuti saranan nabi.

Sesungguhnya, Islam bermula daripada salah satu 99 nama Allah yang baik, iaitu As-Salaam. Daripada As-Salaam ini maka istilah Islam mendapatkan namanya. Maka, perbuatan menyebarkan salam ke serata alam inilah agenda Islam yang terutama dan Negara Islam terbina daripada masyarakat Islam yang benar-benar Islam.

Kita telah lama berdakwah di dalam Parlimen, mendakwahkan orang-orang atasan. Tapi, orang-orang bawahan tidak terkena tempias angin dakwah kerana dakwah cuma terhad di atas mimbar masjid, di khutbah-khutbah Jumaat dan di Parlimen.

Salam perlu disebarluaskan ke seluruh alam, lorong-lorong kecil, tempat anak-anak muda yang kering jiwanya akibat sudah lama hidup dibelenggu oleh faham kebendaan yang mengasuh mereka mengejar kemewahan. Teruskan Bacaan......